Danau adalah cekungan di permukaan bumi yang digenangi oleh air yang biasanya
menempati daerah yang relatif tidak luas pada permukaan bumi dibandingkan
dengan laut dan daratan (Effendi, 2003). Provinsi Bali memiliki empat buah
danau yang salah satunya yaitu Danau Batur yang meruapan danau yang paling
besar dibandingkan yang lainnya (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
Penanaman Modal Kabupaten Bangli, 2010).
Danau Batur terletak di kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang
termasuk dalam 15 Danau Prioritas Nasional yang dipilih berdasarkan parahnya
tingkat kerusakan dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat (Suwanto et al.,
2011). Secara geografis terletak pada posisi 115°22’42,3”–115°25’33,0” Bujur
Timur dan 8°13’24,0”–8°17’13,3” Lintang Selatan dengan ketinggian 1050 m dpl.
Danau tersebut memiliki luas permukaan air sebesar 16,05 km2, panjang
danau sekitar 7,5 km, lebar 2,8 km, dan kedalaman maksimum sekitar 60–70 m.
Volume tampung air Danau Batur adalah sebesar 815,58 juta m3 dengan
luas daerah tangkapan air seluas 105,35 km2 (Arthana et al., 2009). Terdapat 6 desa yang
berbatasan langsung dengan pinggir danau yang biasa disebut dengan desa bintang danu yang meliputi desa
Songan, Batur, Kedisan, Buahan, Abang dan Trunyan.
Danau Batur
dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai sumber air dalam usaha pertanian,
tempat budidaya ikan seperti Kantong Jaring Apung (KJA), pelabuhan dan sebagai
tempat wisata (Suryati, 2012). Pemanfaatan dalam berbagai sektor ini
menyebabkan kondisi danau ini mengalami berbagai tekanan dan permasalahan yang
cukup serius, seiring meningkatnya aktivitas masyarakat di badan air maupun di sekitar danau. Permasalahan tersebut seperti
terjadinya kerusakan daerah tangkapan air karena adanya ilegal loging,
kebakaran hutan, erosi dan sedimentasi, kerusakan sempadan karena pesatnya
pembangunan dan pemukiman penduduk sehingga banyak kegiatan masyarakat seperti
kegiatan pertanian mencapai bibir danau, pencemaran air oleh air limbah dan
sampah serta eutrofikasi sebagai akibat dari pencemaran pupuk dan pestisida
oleh aktivitas pertanian, dan sedimentasi yang mengakibatkan meningkatnya laju
pendangkalan danau dan disertai pertumbuhan enceng gondok yang mengganggu
populasi biota air yang ada di danau (Yudilastiantoro dan Cahyono, 2012).
Pendangkalan Danau
Batur juga dipicu oleh adanya peningkatan jumlah kerambah jaring apung, dimana
berdasarkan data KLH (2014), jumlah KJA pada bulan oktober 2014 sebanyak 5015
buah, terjadi peningkatan 3 kali dibandingkan tahun 2011. Berdasarkan survey
lapangan yang dilakukan, saat ini jumlah keramba ini sudah jauh lebih banyak
dan semakin ke tengah. Peningkatan jumlah KJA berdampak pada peningkatan
jumlah pakan yang diberikan oleh pembudidaya daya ikan sehingga besar
kemungkinan jumlah limbah yang dihasilkan baik dari sisa pakan maupun feses
akan semakin tinggi pula.
Tingginya
kandungan limbah yang dihasilkan akan berdampak pada status trofik perairan itu
sendiri. Status trofik merupakan indikator tingkat kesuburan suatu perairan
yang dapat diukur dari unsur hara (nutrien) dan tingkat kecerahan serta
aktivitas biologi lainnnya yang terjadi di suatu badan air (Shaw et al., 2004; Leitão, 2012).
Penggolongan status trofik meliputi hipertrofik, eutrofik, mesotrofik,
oligotrofik serta distrofik (Welcomme, 2001, Wetzel, 2001, Jorgensen, 1980).
Namun secara garis besar dikenal 3 kategori yaitu eutrofik (kesuburan tinggi),
mesotrofik (kesuburan sedang) dan oligotrofik (kesuburan rendah). Status trofik
Danau Batur berdasarkan kajian dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran status trofik Danau
Batur saat ini sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan
pembangunan dan pengelolaan danau ini secara berkelanjutan.
bermanfaat sekali infonya kak
BalasHapusseo agency indonesia