Bakteri
Bakteri berasal dari kata
bakterion, dalam bahasa yunani itu berarti tongkat atau batang. Sekarang nama
itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak
berklorofil, berkembangbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga
hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998). Bakteri menurut Madigan
(2009) berasal dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
terbanyak dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpa nukleus atau inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas.
Pembiakan bakteri adalah proses
pembenihan atau memperbanyak jumlah bakteri untuk memudahkan dalam meneliti
bakterinya dengan cara menanamnya di media kultur bakteri. Isolasi bakteri
adalah suatu kegiatan memisahkan bakteri dari lingkungannya di alam. Inokulasi
bakteri merupakan kegiatan menumbuhkan bakteri sebagai kultur murni dalam media
buatan yaitu media TSA dan media Zobell 2216E. Sedangkan purifikasi yaitu
permurnian bakteri kultur yang telah diisolasi (Schlegel, Hans G. 1994).
Media pertumbuhan
mikroorganisme (biakan) adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya atau
suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan
lingkungan hidupnya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya. Media kultur berdasarkan konsistensinya dibedakan atas tiga
macam, yaitu: Media
cair (liquid medium) adalah medium berbentuk cair yang dapat digunakan untuk tujuan menumbuhkan
atau membiakan mikroba, penelaah fermentasi,
uji-uji lain Contohnya :
Nutrient Broth (NB), Lactose Broth (LB) dan kaldu sapi. Media semi padat (semi solid medium), biasanya
digunakan untuk uji mortalitas (pergerakan)
mikroorganisme dan kemampuan fermentasi,Contohnya : Agar dengan konsentrasi
rendah 0,5%. Dan Media padat
(solid medium) adalah medium yang berbentuk padat yang dapatdigunakan
untuk menumbuhkan mikroba dipermukaan sehingga membentuk koloni yang dapat
dilihat, dihitung dan diisolasi.Contohnya: Nutrient Agar (NA), Plate Count Agar
(PCA), Potato DextroseAgar (PDA), gelatin, silika gel dan beberapa limbah
pertanian berbentuk padat.Media untuk perhitungan jumlah adalah media spesifik
yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba. Contohnya : Plate Count
agar (PCA) (Purves dan
Sadava, 2003).
Media TSA adalah
media yang dikenal sebagai media yang
umum karena media ini dapat digunakan untuk menumbuhkan mikrooorganisme sesuai
yang diinginkan. Sedangkan media zobell adalah media yang selektif, karena
media ini hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri yang berasal dari air laut saja (Schlegel, Hans G. 1994).
Penanaman
bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih
dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar
tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro,
1998).
Teknik Inokulasi
Ada beberapa
metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme yaitu :
Metode gores
Teknik ini lebih
menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan
yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di
permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup
inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup
terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997). Cara penggarisan
dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan
baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda
pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaitu untuk membuat goresan
sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.
Ada beberapa teknik dalam metode
goresan, yakni :
a.Goresan T
b.Goresan kuadranc.
c.Goresan Radiand.
d.Goresan Sinambung
Metode tebar
Setetes inokolum
diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril.
Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat
digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua
untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah (Winarni,
1997).
Metode tuang
Isolasi
menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat
hanyaditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan
cara meneteskan atau menusukan ujung jarumose yang didalamnya terdapat
inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni,1997).
Uji biokimia adalah pengujian
larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan dan proses-proses yang terjadi
dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk memahami proses kehidupan dari
sisi kimia (Lehninger, 1995). Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana
interaksi biomolekul satu dengan lainnya yang membawa sifat-sifat kehidupan ini.
Ciri biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi
spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel
bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis
yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak
mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi sebagai mikroba seperti
bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat
tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi metabolit tentunya yang dideteksi
dengan interaksi mikroba dengan reagen test yang mana menghasilkan perubahan
warna reagen (Murray, 2005). Uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan
identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang antara lain uji katalase,
koagulase, uji MR-VP, uji gula-gula, uji SIM, Uji TSIA, Uji Indol, dan Uji
Simmons Citrate (Dwidjoseputro, 1954).
Identifikasi pada
bakteri adalah proses pengenalan atau pengidentifikasian spesies dari bakteri
sesuai dengan karakteristik atau hasil dari proses uji biokimia yang telah
dilakukan berdasarkan panduan buku identifikasi. Pada umumnya bakteri bersifat
tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai
zat warna (Waluyo, 2007) . Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Pewarnaan atau pengecatan
terhadap mikroba banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada)
ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Menurut Suriawiria, 1999 tujuan
dari pewarnaan tersebut ialah untuk :
1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupun fungi.
2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga
struktur dalam jasad.
Perbedaan warna
antara bakteri Gram Negatif dan bakteri Gram Positif disebabkan oleh adanya
perbedaan struktur pada dinding sel nya. Dinding Gram Positif mengandung banyak
peptidoglikan,sedangkan dinding bakteri Gram Negatif banyak mengandung
lipopolisakarida. Pewarna yang digunakan antara lain : kristal violet sebagai
gram A, iodine sebagai gram B, alkohol sebagai gram C, serta safranin sebagai
gram D (Suriawiria,
1999).
Definisi Virus
Ilmu tentang
Virus disebut Virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir semua virus dapat
menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini virus adalah mahluk yang
berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan
lolos dari saringan bakteri (bakteri filter). Tubuhnya masih belum dapat
disebut sebagai sel, hanya tersusun dari selubung protein di bagian luar dan
asam nukleat (ARN & ADN) di bagian dalamnya. Berdasarkan asam nukleat yang
terdapat pada virus, kita mengenal virus ADN dan virus ARN. Virus hanya dapat
berkembang biak (bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio, jaringan hewan,
jaringan tumbuhan). Bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk bagian tubuh
virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi. (Carter,2007). Virus adalah penyebab infeksi terkecil berdiameter 20-300 nm. Genom
virus hanya mengandung satu macam asam nukleat yaitu RNA/DNA. Asam nukleat
virus terbungkus dalam suatu kulit protein yang dapat dikelilingi oleh selaput
yang mengandung lemak. Seluruh unit infektif disebut virion. Virus hanya
bereplikasi dalam sel hidup. Replikasinya dapat intranuklear atau
intrasitoplasmik (Jawetz, 1996). Virus memiliki klasifikasi yaitu, ialah, Filum : Protophyta, Kelas : Mikrotatobiotes, dan Ordo : Virales
(Virus). (Afrianto murah Liviawati (1992) dalam Aufa
Fadhl,2011).
Penyakit
WSSV (White Spot Syndrome Virus)
WSSV adalah virus yang memiliki
genom double-stranded DNA (dsDNA) yang sangat berbahaya dan diketahui
dapat menginfeksi udang serta krustase lain di Asia Timur pada tahun 1992.
Virus ini telah menyebar dengan cepat pada udang di areal tambak. Dari struktur
genom dan analisa filogenetiknya virus ini adalah anggota dari
genus Whispovirusdalam famili virus baru yaitu Nimaviridae (Vlak et
al., 2002).
(Gambar
9. Udang Terinfeksi Virus WSSV)
Penyebab
penyakit WSSV adalah virus SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculo
Virus). Virus ini merupakan virus berbahan genetik DNA (Dioxyribonucleic
Acid), berbentuk batang (bacillifrom). Organ yang terinfeksi virus
adalah kaki renang, kaki jalan, insang, lambung, otot abdomen, gonad,
intestinum, karapas, jantung sehingga menimbulkan infeksi yang sistemik
(menyeluruh). Infeksi terutama
terjadi pada saat stadia pramolting, sehingga menimbulkan pola bercak pada saat
pasca molting karena kerusakan sel ektodermal yang mengakibatkan penimbunan
kalsium ke karapas terganggu.
Beberapa faktor pemicu timbulnya
penyakit WSSV adalah :
- Blooming fitoplankton
kemudian mengalami kematian secara mendadak.
- Kadar
oksigen rendah.
- Terjadi
fluktuasi pH harian yang besar.
- Rendahnya
temperatur air.
- Turun
hujan secara mendadak.
- Pengelolaan pakan yang kurang baik. (Admin, 2007).
Pendeteksian
Virus dengan PCR
Virus memiliki
ukuran yang sangat kecil sehingga virus sulit dideteksi, sehingga asam
nukleatnya harus diamplifikasi (diperbanyak). Beberapa strategi amplifikasi
asam nukleat yang dikembangkan antara lain adalah amplifikasi target asam
nukleat (misalnya PCR= Polymerase Chain Reaction), amplifikasi strand-displacement,amplifikasi probe (pelacak)
asam nukleat (misalnya ligase chain reaction) dan amplifikasi signal
(misalnyabranched-probe DNA assay). Metode amplifikasi yang paling banyak
digunakan adalah PCR (Louie et al 2000).
Polymerase Chain
Reaction (PCR) merupakan sebuah teknik ilmiah dalam biologi molecular yang
digunakan untuk memperkuat satu atau beberapa salinan sepotong DNA menjadi
beberapa kali lipat, menghasilkan ribuan sampai jutaan salinan urutan DNA
tertentu (Bartlett dan Stirling 2003). Metode ini bergantung pada siklus termal ,
yang terdiri dari siklus pemanasan dan pendinginan berulang dari beberapa
reaksi untuk mencairkan DNA dan enzimatik replikasi DNA Primer
(fragmen DNA pendek) yang mengandung urutan komplementer ke wilayah target
bersama dengan DNA polimerase (setelah
metode ini dinamai) merupakan komponen kunci untuk mengaktifkan amplifikasi
selektif dan diulang. Sebagai PCR berlangsung, DNA yang dihasilkan itu sendiri
digunakan sebagai template untuk replikasi, pengaturan dalam suatu gerak reaksi berantai di
mana template DNA diperkuatsecara eksponensial.
PCR dapat dimodifikasi ekstensif untuk melakukan berbagai macam manipulasi genetik. PCR
juga diartikan sebagai proses yang berlangsung secara in vitro dalam tabung
reaksi sebesar 200 µl ini mampu menggandakan DNA hingga miliaran kali jumlah
semula. Reaksi PCR meniru reaksi penggandaan atau replikasi
DNA yang terjadi dalam makhluk hidup.
Secara sederhana PCR merupakan reaksi penggandaan daerah tertentu dari DNA
cetakan (template) dengan batuan enzim DNA polimerase. PCR melibatkan banyak siklus (20-40 kali) yang masing-masing terdiri
dari tiga tahap berurutan, yaitu pemisahan (denaturasi) rantai DNA templat,
penempelan (annealing) pasangan primer pada DNA target dan pemanjangan
(extension) primer atau reaksi polimerisasi yang dikatalisis oleh DNA
polimerase(Giri 2004). Berikut ini adalah
tiga tahap bekerjanya PCR dalam satu siklus:
1. Denaturasi.
Selama proses denaturasi, DNA untai ganda akan membuka menjadi dua untai
tunggal. Hal ini disebabkan karena suhu denaturasi yang tinggi menyebabkan
putusnya ikatan hidrogen diantara basa-basa yang komplemen. Pada tahap ini,
seluruh reaksi enzim tidak berjalan, misalnya reaksi polimerisasi pada siklus
yang sebelumnya. Denaturasi biasanya dilakukan antara suhu 90 oC – 95 oC.
2. Penempelan
primer. Pada tahap penempelan primer (annealing), primer akan menuju daerah
yang spesifik yang komplemen dengan urutan primer. Pada proses annealing ini,
ikatan hidrogen akan terbentuk antara primer dengan urutan komplemen pada
templat. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu 50oC – 60oC. Selanjutnya, DNA
polymerase akan berikatan sehingga ikatan hidrogen tersebut akan menjadi sangat
kuat dan tidak akan putus kembali apabila dilakukan reaksi polimerisasi
selanjutnya, misalnya pada 72 oC.
3. Reaksi
polimerisasi (extension). Umumnya, reaksi polimerisasi atau perpanjangan rantai
ini, terjadi pada suhu 72oC. Primer yang telah menempel tadi akan mengalami
perpanjangan pada sisi 3’nya dengan penambahan dNTP yang komplemen dengan
templat oleh DNA polimerase.
Penyakit Ikan dan Parasit
Penyakit pada
ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai dalam usaha budidaya
ikan. Di Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis ikan air tawar, dan
diantaranya sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam
usaha budidaya ikan (Irawan, 2004).
Serangan
penyakit dan gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat
(kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konversi pakan menjadi tinggi, periode
pemeliharaan lebih lama, yang berarti meningkatnya biaya produksi. Dan pada
tahap tertentu, serangan penyakit dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan
kegagalan panen(Kordi, 2004).
Secara umum
penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi.
Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri,
dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti
pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 1998).
Penyakit pada
ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan,
sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara umum penyakit dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan
penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan,
lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
Penyakit ikan
berdasarkan faktor penyebabnya dibedakan menjadi dua yaitu penyakit non infeksi
dan infeksi. Salah satu penyebab penyakit ikan yang cukup berbahaya adalah
aktivitas organisme parasit. Parasit adalah organisme yang hidup di luar dan di
dalam tubuh ikan yang mendapatkan perlindungan dan memperoleh makanan dari
inangnya untuk keberlangsungan hidupnya (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
(Gambar 1. Penyakit
pada insang ikan)
Penyakit akibat
infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan
ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas,
menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan
penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan
ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit,
selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap
berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan
karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang
sehat ( Irianto, 2005)
Menurut
Widyastuti et al. (2002) dalam Purbomartono (2011), parasit dapat dibagi
menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang
hidup diluar tubuh inang atau di dalam liang-liang kulit yang mempunyai
hubungan dengan luar kulit sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup
dibagian dalam tubuh ikan seperti hati, limpa otak dan dalam sistem pencernaan,
sirkulasi darah, pernapasan, dalam rongga perut, daging, otot dan jaringan
tubuh lainnya.
Parasit
didefenisikan sebagai organisme yang hidupnya menumpang pada permukaan atau
dalam tubuh organisme lain yang disebut inang (host), mempunyai sifat merugikan
inangnya. Jadi dalam hidupnya golongan parasit membutuhkan inang sebagai
habitat atau tempat hidupnya (Levine dalam Maryanto, 1996).
Berdasarkan
habitatnya pada inang, parasit dapat dibedakan menjadi parasit eksternal
(ektoparasit) dan parasit internal (endoparasit). Ektoparasit hidup pada
permukaan tubuh inang atau tempat-tempat yang sering terbuka seperti mulut dan
insang. Endoparasit hidup dalam tubuh inang, yaitu organ dalam dan jaringan.
Kelompok organisme parasit yang berada diantara ektoparasit dan endoparasit
disebut sebagai mesoparasit. Amerika (Cheng, 1973).
Parasitisme
adalah hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai
habitat dan merupakan tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang
adalah lingkungan utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan
lingkungan keduanya (Kabata, 1985).
Dactylogyrus sp
Family
Dactylogyridae tidak kurang dari 7 Genus dan lebih dari 150 Spesies yang
termasuk di dalamnya baik pada air tawar maupun air laut. Orgnisme ini
panjangnya berukuran tidak lebih dari 2 mm. dan yang paling sering ditemukan
berukuran antara 0.2 – 0.5 mm. Memiliki 7 pasang jangkar ditepi dan biasanya
sepasang jangkar paling tengah pada opishaptor. Kadang-kadang pada beberapa
spesies memiliki 2 pasang. Dactylogyrus
sp memiliki 2 hingga 4 titik pigmen (mata). Ovarinya berbentuk bulat oval,
dan testisnya sepasang. Semua Dactylogyrus
sp adalah ovipar tanpa uterus hanya struktur ootype pada waktunya berisi
satu telur. Genus yang biasanya ditemukan pada ikan adalah spesies Dactylogyrus sp, spesies ini
kadang-kadang ditemukan sebagai penyerang insang karena paling sering ditemukan
pada insang di inangnya. Dactylogyrus sp
sendiri adalah hewan yang kedalam golongan cacing-cacingan. Berukuran sangat
kecil dan tidak bisa dilihat dengan kasat mata, tetapi hanya bisa dilihat lewah
mikroskop. Dalam tubuh ikan, hewan ini digolongkan sebagai parasit. Artinya
hewan yang mengambil makanan untuk hidupnya dari hewan yang ditumpanginya.
Keadaan itu menimbulkan kerusakan (Anonim, 2009).
(Gambar
3. Dactylogyrus sp.)
Dactylogyrus sp
sp. merupakan parasit yang menyerang ikan air tawar dan ikan air laut. Parasit
ini juga merupakan parasit yang sering menyerang ikan carp dan kerapu. Hidup di
insang. Insang yang terserang parasit ini berubah warnanya menjadi pucat dan
keputih-putihan dan memproduksi lendir yang berlebih, tentunya ini akan
mengganggu pertukaran gas oleh insang. Parasit yang matang melekat pada insang
dan bertelur disana. Distribusinya luas, memiliki siklus hidup langsung dan
merupakan parasit eksternal pada insang, sirip, dan rongga mulut. Intensitas
reproduksi dan infeksi memuncak pada musim panas (Gusrina, 2008).
Irawan
(2004) mengemukakan bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp sp biasanya akan menjadi kurus, berenang
menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat menutupi dengan sempurna karena
insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak bening lagi. Selanjutnya Gusrina,
(2008), mengemukakan gejala infeksi Dactylogyrus
sp sp pada ikan antara lain
pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih, Insang yang
terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Penyerangan
parasit Dactylogylus sp. ini dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang
atau bagian tubuh lainnya. Setelah matang gonad, telurnya akan jatuh ke
perairan. Dalam 2–3 hari dengan suhu 24–28 O C, telur yang jatuh akan menjadi
larva infektif kemudian membentuk dua tonjolan di bagian anterior. Pecahnya
telur tersebut terjadi akibat adanya tekanan dari dalam dorongan perkembangan
larva. Kemudian larva akan keluar dan berenang bebas mencari inang untuk tumbuh
menjadi dewasa. Namun apabila pada suhu 20–28OC larva Dactylogyrus sp sp. tidak bisa menemukan inangnya, ia tetap bisa
bertahan sampai 12 jam karena telur Dactylogyrus
sp sp. termasuk salah satu telur yang sangat resisten terhadap lingkungan.
Pada suhu 23OC telur akan menetas dalam 2,5 – 4 hari dan pada suhu 13 – 14OC
larva akan menjadi dewasa dalam 4,5 minggu (Sahlan, 1974).
Sebagai
langkah pencegahan parasit ini adalah dengan memberi pakan yang bergizi tinggi.
kepadatan dikurangi, dan sirkulasi air harus berjalan lancar, untuk ikan yang
terlanjur sakit bisa diobati dengan larutan formalin 100-200 ppm, sedangkan
untuk ikan yang sudah terlanjur parah sebaiknya disingkirkan dan dibakar agar
tidak menulari ikan lain yang sehat (Irawan, 2004).